Daerah Infrastruktur Terkini
Beranda / Terkini / Tragedi Banjir dan Longsor di Sumatra: 174 Jiwa Melayang, Puluhan Masih Hilang Akibat Siklon Langka Senyar

Tragedi Banjir dan Longsor di Sumatra: 174 Jiwa Melayang, Puluhan Masih Hilang Akibat Siklon Langka Senyar

Bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat dalam beberapa hari terakhir menelan sedikitnya 174 korban jiwa, sementara puluhan warga lainnya masih dinyatakan hilang. Hujan ekstrem akibat Siklon Senyar—fenomena langka di wilayah khatulistiwa—memicu kerusakan besar dan memaksa ribuan penduduk mengungsi.

ICONNEWS| SUMBAR-Banjir dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dalam beberapa hari terakhir telah merenggut setidaknya 174 nyawa, sementara puluhan lainnya masih hilang. Hujan ekstrem akibat Siklon Senyar—fenomena langka di wilayah khatulistiwa—telah menyebabkan kerusakan parah dan memaksa ribuan penduduk mengungsi.

 

Bencana hidrometeorologi kembali melanda Sumatera. Hingga Jumat (28 November), setidaknya 174 orang meninggal dunia akibat hujan deras yang memicu banjir besar dan tanah longsor di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Selain itu, 79 warga masih hilang dan 12 lainnya luka-luka, menurut laporan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal Suharyanto.

Hujan ekstrem beberapa hari terakhir tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga merusak ribuan rumah dan memaksa warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. BNPB mencatat bahwa tingginya intensitas curah hujan meningkatkan risiko tanah longsor dan banjir bandang yang berdampak pada permukiman dan infrastruktur penting di beberapa daerah.

IKA SMANTIKA GELAR BAKTI SOSIAL LENGKAP UNTUK MASYARAKAT PASIRTALAGA

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi Siklon Senyar sebagai pemicu utama peningkatan curah hujan ekstrem. Erma Yulihastin, peneliti di Pusat Penelitian Iklim dan Atmosfer, Badan Nasional Penelitian Iklim dan Atmosfer (BRIN), menjelaskan bahwa Siklon Senyar merupakan fenomena yang sangat langka, mengingat sistem siklon hampir tidak pernah terbentuk di wilayah khatulistiwa seperti Indonesia.

Selain faktor cuaca, kerusakan lingkungan juga memperparah dampak bencana. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai bahwa aktivitas industri ekstraktif yang masif dan lemahnya pengelolaan lingkungan membuat wilayah terdampak semakin rentan terhadap curah hujan ekstrem. Sentimen serupa juga disampaikan oleh Fakhrudin, peneliti limnologi di BRIN, yang menyatakan bahwa pembangunan yang tidak terkendali mengubah bentuk dan kedalaman sungai, sehingga memperparah potensi banjir.

 

Bantuan Telah Didistribusikan

Pemerintah pusat bergerak cepat mengirimkan bantuan bencana ke tiga provinsi terdampak. Logistik dasar, peralatan evakuasi, dan bantuan medis telah diberangkatkan pada Jumat pagi, 28 November 2025, untuk mempercepat pencarian korban, penanganan pengungsi, dan pemulihan di lapangan.

Oleh : Purwanto,S.E

Mahasiswa UBSI Gelar Penyuluhan di SDN Ciantra 01: Tanamkan Sikap Toleransi Sejak Dini Demi Lingkungan yang Rukun

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement