ICONNEWS|Sumut-Hujan ekstrem yang mengguyur Sumatera Utara sejak akhir pekan lalu telah memicu banjir dan tanah longsor di tujuh kabupaten dan kota. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara melaporkan bahwa jumlah korban tewas terus bertambah, sementara upaya evakuasi dan pencarian masih berlangsung di beberapa lokasi terdampak paling parah.
![]()
Hujan deras yang turun terus menerus sejak Sabtu lalu hingga Selasa malam, 25 November 2025, menyebabkan banjir dan longsor di berbagai wilayah Sumatera Utara. Beberapa sungai meluap dan menggenangi permukiman. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara mencatat peningkatan jumlah korban di tengah proses evakuasi dan pencarian warga yang hilang.
Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan merupakan wilayah yang terdampak paling parah. Di Tapteng, empat warga Desa Mardame, Kecamatan Sitahuis, ditemukan tewas tertimbun material longsor di rumah mereka. Korban adalah Dewi Hutabarat dan ketiga anaknya: Tio Arta Rouli Lumbantobing, Vania Aurora Lumbantobing, dan Ilona Lumbantobing.
Di Tapanuli Selatan, 34 warga dari beberapa desa, termasuk Garoga, Aek Ngadol, Hutagodang, Batuhoring, dan Hapesong Baru, mengalami luka berat hingga ringan akibat banjir bandang. Mereka saat ini sedang menjalani perawatan dasar di posko darurat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara telah mendirikan dapur umum di Desa Batu Hula, lokasi yang dianggap aman dari banjir.
Longsor juga terjadi di Parsariran, Desa Hapesong Baru, Kabupaten Batangtoru, menewaskan tujuh orang. Tiga orang selamat, sementara empat lainnya masih hilang. Salah satu korban, Tika, dinyatakan meninggal dunia. BPBD Sumatera Utara telah melaporkan situasi tersebut kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan telah mengerahkan personel dan tenda lapangan untuk memperkuat tanggap bencana.
Selain Tapteng dan Tapsel, dampak banjir dan longsor juga terasa di Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Utara, Nias, Kota Gunungsitoli, dan Kota Sibolga. Di Taput, banjir akibat luapan Sungai Aek Mahassan merendam sekitar 60 rumah di Desa Sitolubahal dan Robean. Dua longsor di Robean juga dilaporkan melanda rumah warga, melukai satu keluarga.
Di Mandailing Natal, banjir merendam ratusan rumah di Kecamatan Muara Batang Gadis, memaksa sekitar 400 warga mengungsi. Sementara itu, di Kota Sibolga, enam longsor menelan lima korban jiwa dan merusak sedikitnya 17 rumah. Empat warga masih diduga tertimbun reruntuhan longsor dan sedang dicari.
Kepolisian Daerah Sumatera Utara mengerahkan satuan Brimob setingkat kompi ke lokasi terdampak untuk mendukung evakuasi, operasi pencarian dan pertolongan, serta pengaturan lalu lintas. Tim medis, pasukan Samapta, dan tim telematika juga dikerahkan untuk memperkuat layanan kesehatan, pendataan, dan komunikasi di lapangan.
Di Nias Selatan, hujan deras mengganggu akses jalan dan merusak satu rumah di Kecamatan Fanayama, meskipun tidak ada korban jiwa. Kondisi serupa terjadi di Kota Gunungsitoli, di mana tanah longsor menutup ruas jalan sepanjang 25 meter dan merusak beberapa rumah. Puing-puing longsor di Kilometer 12 Jalan Nias Tengah, di Desa Hiligodu Ombolata, dan Desa Samasi, Gunungsitoli Idanoi, masih dalam proses pembersihan oleh petugas.
Upaya evakuasi, tanggap darurat, dan pendataan korban masih berlangsung oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara, bersama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Pemerintah daerah mengharapkan dukungan dari pemerintah pusat untuk mempercepat penanggulangan bencana di seluruh wilayah terdampak.
Komentar